Rabu, 06 Januari 2010

Artikel Manajemen Proyek

MANAJEMEN PROYEK
Pembangunan Gedung dan Menara



Gedung – Gedung pencakar langit menjulang di perkotaan. Menara tertinggi tanpa penyangga ialah CN TOWER (553 m) di Toronto, Kanada, Gedung perkantoran tertinggi ialah Sears Tower (443 m) di Chicago, Amerika Serikat. Bagaimana bangunan-bangunan tersebut itu bisa tetap berdiri tegak ? Rumah mempunyai dinding dari kayu, batu, atau batu bata. Dinding menegakkan rumah dan juga menompang latai, atap, serta dinding itu sendiri. Pencakar langit akan roboh jika dibangun seperti rumah. Dinding tak mampu menyangga beban gedung tinggi. Karena itu, gedung pencakar langit diberi rangka dari baja atau beton, yang menompang langit dan dinding yang terbuat dari kaca. Yang juga tersembunyi adalah fondasi di bawah pencakar langit, yang menompang beban seluruh gedung.


Lokasi Pembangunan

Para pekerja di lokasi pembangunan selalu memakai topi kuat untuk melindungi kepala. Mereka menggunakan banyak mesin untuk menbangun gedung tinggi. Penunjang gedung seperti tiang baja dan pelat beton, dibuat di tempat lain lalu dibawa ke lokasi. Derek mengangkat penunjang ini ke tempatnya dan para pekerja menyatukannya.

Bahan Bangunan

Sejak dahulu orang telah membangun dengan kayu, batu, dan batu bata dari tanah liat. Batu dan batu bata disusun dan direkatkan dengan pasir dan semen. Kayu dipotong sesuai dengan kebutuhan, lalu dipasang pada bangunan. Beton yang dibuat dengan mencampur pasir, batu, semen, dan air, bisa dibentuk menjadi bangunan apa pun.


sumber : buku ensiklopedi populer
MANAJEMEN RESIKO
Dalam Daur Hidup BPM


Oleh
Siti Noer Bayani
2 Kb04


ABSTRAK

Business Process Management (BPM) merupakan strategi penting dalam membuat dan memelihara hasil kompetitif. Perhatikan sejumlah peneliti terhadap resiko dalam proyek tertentu sangat dikit sekali. Mereka lebih berkeinginan untuk mengidentifikasi factor sukses kritis dari manajemen proses bisnis dari proyek tersebut. Sekalipun proyek BPM meliputi fase yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan perangkat lunak, strategi manajemen resiko ditemukan pada kerekayasaan perangkat lunak. Artikel ini akan memperlihatkan resiko yang berhubungan dengan proyek BPM sepanjang fase daur hidup (lifecycle) BPM. Setelah klasifikasi ditemukan dalam setiap fase daur hidup dan transisinya, selanjutnya akan didiskusikan 4 strategi untuk menghadapi resiko tersebut : penghindran , pengurangan, pemindahan, dan penerimaan. Pandangan jauh dari artikel ini adalah mendiskusikan bagaimana framework penilaian seperti CopIT dan COSO berhubungan dengan identifikasi resiko.



PENDAHULUAN

BPM adalah daur hidup proses penemuan, penentuan, implementasi, eksekusi. pengawasan, dan pengendalian. Ftesiko mengancam kesuksesan proyek proses bisnis, sebagaimana dijelaskan dalam [2,3]. Dalam studinya Grover menyebutkan bahwa 7 dari 10 proyek proses bisnis gagal [1]. Maka diperlukan pemahaman tentang penyebab kegagalan dalam proyek tersebut.
Artikel ini akan dijelaskan resiko yang ada di dalam proyek BPM di sepanjang daur hidup BPM. Selanjutnya akan didiskusikan pilihan bagi manajer proyek EPM untuk mencfiadapi resiko tersebut berdasarkan 4 strategi manajemen resiko. F&da bagian akhir akan diuraikan peran framework yang ada seperti 00S0 dan CobiT dalam mengpdentisikasi resiko dan merencanakan mitigasinya


PEMBAHASAN


1. Business Process Management
Zairi dan Sindair menyatakan bahwa BPM adalah "a Structured approach to analyze and continually improve fundamental activities such as manufacturing, marketing, communication and other major elements of a company's operations" [5]. Bzinga et al. menegaskan bahwa tidak perduli bagaimana peningkatan berkelanjutan dilakukan, tetapi harus berdasarkan kepada kualitasproduk dan layanan yang akan dievaluasi oleh pelanggan. Oeh sebab itu mereka mendefinisikan bahwa BPM adalah "a systematic, structured approach to analyze, improve, control, and manage processes with the aim of improving the quality of products and services" [6] . Harmon menguatkan gagasan ini [7]: 'OM refers to aligning processes with the organization's strategic goals, designing and implementing process architectures, establishing process measurement systems that align with organizational goals, and educating and organizing managers so that they will manage processes effectively."
Pekerjaan inti dari BPM adalah membuat pelurusan di antara setiap komponen proses Masukan. Ksluaran, SUmbor Daya, Struktur Roses, dan Tujuan Roses. Jka pelurusan dicapai, daya guna {performance) dari keseluruhan proses organisasi menincfot baik dari sisi kualitas (seperti berkurangnya pemborosan waktu dan idle) dan kuantitas {seperti pendeknya waktu daur, cepat menyesuaikan dengan perubahan lincjnitoring dapat digunakan dalam tahapan evaluasi ini.




2. Resiko dan Manajemen Resiko
Dalam teori pembuatan keputusan klasik, resiko diartikan sebagai "reflecting variation in the distribution of possible outcomes, their likelihoods, and their subjective values" [8]. Dengan definisi ini, resiko dapat diekpresikan secara matematis sebagai, "the probability of occurrence of los&'gain multiplied by its respective magnitude." [20] Lembaga manajemen proyek mendefinisikan resiko sebagai "an uncertain event or condition that, if it occurs, has a positive or negative effect on a project objective" [23]. Srjjak resiko dihubungkan dengan hasil yang negative [8] perbedaan antara resiko dan masalah menjadi tidak jelas, Oiarette menyatakan bahwa resiko adalah bukan masalah, tapi pada kebanyakan "masalah potensial” mungkin dihasilkan oleh pembuatan keputusan tidak lengkap. Oleh karena itu disebutkan “ risk is the probability of unwanted consequences of an event and decision”.

Kegunaan dari manajemen resiko adalah “reduce of neutralize potensial (risks), and simultaneously offer opportunities for positive improvement in performance”. Framework menajemen resiko disusun oleh 3 fase tindakan utama : identifikasi, karena itu tidak mudah untuk menggambarkan resiko secara akurat. Salah satu cara identifikasi resiko adalah dengan melihat karakteristik resiko seperti pengaruh, kemungkinan, kerangka waktu, dan keterhubunganya dengan resiko lainnya. Empat strategi resiko yang disusulkan dalam sejumlah literature antara lain mitigation , avoidance, transfer, dan acceptance.



Taksonomi Umum Resiko Dalam Proyek Enterprise

Ide tentang resiko dalam enterprise ditemukan pada sejumlah literatur akademik Taksonomi resiko dalam enterprise yang paling popular adalah dengan melihat kepada konteks resiko. Biasanya, entitas bisnis selalu terancam resiko natural, resiko manusia, dan resiko lingkungan. Hal yang sama dalam bidang proyek BPM, resiko dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok : resiko manusia, resiko manajemen, dan resiko teknis. Sementara itu sumber daya organisasi / manusia dan teknologi informasi merupakan dua enabler utama dari inovasi proses. Enabler tersebut dapat menimbulkan pengaruh negative bagi bisnis jika mereka tidak dikelola dengan baik.

Dalam modelnya tentang factor resiko dalam implementasi system enterprise, scott dan vessey menambahkan konteks bisnis eksternal ke dalam factor resiko. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa konteks umu resiko ditirunkan dalam kelompok kecil : campuran keahlian, strategi dan struktur manajemen, desain perangkat lunak system, keterlibatan dan pelatihan pengguna, perencanaan teknologi, manajemen proyek.

Strategi Manajemen Resiko
DEFINISI Contoh
Mitigation Untuk mengurangi kemung- - Standarized proces
Kinan resiko dan/dampaknya. routing
Pembatasan resiko membantu - Formalized exception
Pada implementasi control - Complete kit
Yang memperkecil pengaruh processing
Dari resiko yang terjadi - Collaboration, check
Tetapi tidak meredakannya and Balance
Avoidance Untuk menghilangkan kemung- - Process design
kinan adanya resiko tertentu
sebelum terjadi
Transfer Untuk menggeser resiko - Process out sourching
Atau konsekuensi yang - Insurance policies
Disebabkan karena resiko dari
Satu bagian ke bagian yang lain.
Juga sering disebut “Risk Sharing”
Resiko Khusus Pada Proyek BPM

Daur hidup sebagaimana nampak pada gambar 1 merupakan gambaran strateg manajemen proses berkelanjutan yang ideal, namun pada saat pelaksanaannya sejumlah resiko muncul dan perlu dikdola Sejumlah resiko muncul di dalam fase daur hidup, dan yang lainnya muncul padatranaa dari dua resiko.

Tabel 2 menunjukan resiko yang terdapat pada sebuah fase atau di antara dua fase. Secara umum resiko muncul karena: 1) Kfetidaksesuaian met ode yang dikerjakan dalam fase daur hidup proses yang berbeda, 2) Kskurangernihan tentang siQa yang bertanggung jawab atas setiap fase atau hasilnya, dan 3) Ketidaksesuaian desain proses, otomatisasi, dan hasil evaluasi. Manajer proyek GPM harusmemperhatikan setiap wilayah tersebut.


FASE RESIKO
Analisis
- Analisa dilakukan tanpa berlandaskan tinjauan strategis
- Gagal dalam mendefinisikan hasil/nilai proses dalam Bahasa yang difahami oleh stakeholder
- Perhatian berlebihan pada variable teknis Analisis ke Desain
- Metode gagal dalam memetakan hasil analisa ke modal Proses
- Kehilangan informasi selama proses pemetaan Desain
- Implementasi multiple modeling technologies
- Kekurangan/ketiadaan komunikasi antara desainer Proses dengan stakeholder proses.


3. Pendekatan Manajemen Resiko Lainnya: ERM dan CobIT

Klien menyatakan bahwa manajemen resiko harus mengandung tiga tindakan: identifikasi resiko, analisa resiko, dan pengendalian resiko [3]. Fteltiar menyarankan daur hidup manajemen resiko lengkap yang meliputi: analisis, desain, konstruksi, pengujian, dan pemeliharaan[14].

ERM adalah framework yang dirancang oleh Cbmmittee of sponsoring Organizations of the Treadway Commission (0080) yang membantu bisnis dalam mengukur dan meningkatkan kendali sistem internal mereka Istilah"'kendali sistem internal' berarti semuakebijakan dan prosedur yang dadopa sebagai bantuan untuk mencapai tujuan manajemen di seputar

Perawatan dan efisien dalam bisnis. COSO mendefinisikan EPM sebagai “….a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personal, applied in stategy setting and across the enterprise, designed to identity potential events that may affect the entity, and manage risk to be within its risk appetite, to provide reasonable assurance regard in the achievement of entity objectives.

COSO menyatakan bahwa untuk mengurangi pengaruh dari resiko diperlukan empat tujuan utama manajemen resiko, yakni : Strategi, operasi, pelaporan (reporting), dan pemenuhan (compliance). Untuk setiap tujuan utama tersebut ditambahkan 8 komponen, yakni : lingkuangan internal, penentuan tujuan, identifikasi kejadian, penelitian resiko, penangganan resiko, aktivitas pengendali, informasi dan komunikasi, dan pengawasan.

Control Objectivies for Information and related Technologies (CobIT) yang dibuat oleh IT Governance Institute (ITGI) adalah sejumlah panduan berorientasi audit yang membantu bisnis meningkatkan pengelolaan TI-nya. ITGI percaya bahwa manajemen efektif dalam informasi dan TI terkait akan menghasilkan kesuksesan yang simetris dengan daya guna bisnis. Merealisasikan manajemen resiko dengan meningkatkan keamanan informasi, akuntabilitas, dan integritas menjadi salah satu tantangan besar dalam pengelolaan TI. ITGI menyajikan empat level tinggi tujuan pengendalian TI ; perencanaan dan organisasi, kemahiran dan implementasi, pengiriman dan dukungan, pengawas. Mengenai komponen, ITGI mengadopsi framework ERM COSO dan menyederhanakannya ke dalam 5 komponen manajemen TI : lingkungan kendali, pengukuran resiko, aktivitas pengendali, informasi dan komunikasi, dan pengawasan.


KESIMPULAN

Dalam artikel ini didiskusikan resiko yang menjadi bagian dari daur hidup BPM. Berdasarkan literature tentang taksonomi resiko dikemukakan contoh manajemen resiko dalam klasifikasi yang dihubungkan dengan setiap fase daur hidup BPM. Faktor resiko utama teridentifikasi berhubungan dengan susunan stakeholder proyek BPM, dan ketidaksesuaian metode, organisasi, proses, implementasi, tujuan evaluasi dan pengukuran. Dalam studi ini ditunjukan bahwa proyek BPM menghadapi resiko pada setiap fase daur hidup BPM dan transisinya. Artikel ini tidak merinci strategi manajemen resiko untuk BPM dalam praktiknya, dan pekerjaan di kemudian hari adalah memetakan resiko ke dalam aktivitas di dalam framework COSO dan CoIT, yang diharapkan dapat membawa kepada strategi mitigasi resiko untuk proyek BPM.


Sumber : http://www.scribd.com/doc/16378681/Manajemen-Resiko-Dalam-Daur-Hidup-BPM


Selasa, 05 Januari 2010

Manajemen Resiko


PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO

  • Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan
  • Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan /pengelolaan sumberdaya

Istilah lain dari pengertian resiko adalah (risk) atau risiko memiliki berbagai definisi. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. [3] Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:

* Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).

Chance of loss

berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian.Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.

* Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.

* Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).

* Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.


* Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.

* Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.


Derajat Risiko

Derajat risiko – degree of risk adalah ukuran risiko lebih besar atau risiko lebih kecil. Jika suatu risiko diartikan sebagai ketidakpastian, maka risiko terbesar akan terjadi bila terdapat dua kemungkinan hasil yang masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi

Klasifikasi Risiko

* Risiko yang dapat diukur dan risiko yang tidak dapat diukur

* Risiko financial dan risiko non financial

* Risiko statis dan risiko dinamis

* Risiko fundamental dan risiko khusus

* Risiko murni dan risiko spekulatif

Risiko Dalam Manajemen Risiko
Klasifikasikan ke dalam :

* Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.


* Risiko hazard ( BAHAYA ) factor –faktor yang mempengaruhi akibat akibat yang ditimbulkan dari suatu peristiwa. Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadp bencana yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.

* Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.

* Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara signifikan.


PROSES MANAJEMEN RISIKO
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap)

(1) Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.

(2) Objective setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives.

Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi dan bagian haruslah dilibatkan dan mengerti risiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut terkait dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah pemilik dari risiko. Demikian pula, dalam penentuan tujuan organisasi, hendaknya menggunakan pendekatan SMART [5] , dan ditentukan risk appetite and risk tolerance (variasi dari tujuan yang dapat diterima). [6]

Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian objective yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak modern seperti pengiriman SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar akan mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%, dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan penyediaan fasilitas tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan risk tolerance adalah 0%.

(3) Event identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks).

Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu
(1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank,

(4) Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.

Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.

penilaian risiko atas setiap aktivitas organisasi akan menghasilkan informasi berupa peta dan angka risiko. Aktivitas yang paling kecil risikonya ada pada aktivitas a dan e, dan aktivitas yang paling berisiko tinggi dengan kemungkinan terjadi tinggi ada pada aktivitas d. Sedangkan aktivitas c, walaupun memiliki dampak yang besar, namun memiliki risiko terjadi yang rendah.

Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun, bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan dalam common event categories, dan dinilai secara aggregate.

(5) Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.


Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.

(6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung jawab.

Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.

(7) Information and communication (Informasi dan komunikasi)
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi.

Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3) current; (4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronis.

(8) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.

Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan.

Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.

Jenis Manajemen Resiko dalam kehidupan sehari – hari

Resiko Bank – Pasar

• Risiko pasar adalah sebagai risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan dan kewajiban diluar neraca yang timbul dari pergerakan harga pasar (on-and off-balance sheet)

• Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Risiko pasar :

• Risiko pasar umum

• Risiko residual


Faktor yang Menentukan Harga Pasar Terkait dengan Risiko

• Penawaran dan permintaan (supply and demand)

• Likuiditas (liquidity)

• Intervensi pemerintah (official intervention)

• Arbitrase (arbitrage)

• Peristiwa ekonomi dan politik (economic and political events)

• Faktor-faktor indikator ekonomi (underlying economic factors)


MANAJEMEN PROYEK

Manajemen proyek itu suatu disiplin ilmu pada era tahun 1950-an, Amerika bangsa yang pertama kali menggunakan ilmu manajemen proyek. Henry Gantt dapat dikatakan bapak dari ilmu manajemen proyek, dan namanya pun menjadi metode yang digunakan, bernama “Gantt Chart”.
Perlu diingat bahwa mempelajari Manajemen Proyek itu tidak terlalu sulit, karena didalamnya terdapat hal-hal yang terbiasa dilakukan oleh manusia (seperti mengatur2 gitu de..) cuma ditambahkan sedikit logika dan aturan yang khusus.
Manajemen proyek adalah cara mengorganisir dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk menyelesaikan proyek.
Hal pertama yang harus dianggap sebagai manajemen proyek adalah bahwa proyek ini diantarkan dengan batasan yang ada. Hal kedua adalah kemungkinan terbaik distribusi sumber daya. Manajemen proyek adalah seni mengontrol baik hal selama proyek, dari sejak dimulai sampai selesai
Apa itu proyek?
Proyek itu usaha yang harus dilakukan dari awal hingga akhir pada suatu kejadian, yang mempunyai batasan waktu – anggaran – sumber daya yang dibutuhi oleh pelanggan. Meski pada akhir tujuan dari adanya proyek adalah untuk memuaskan pelanggan.
“Maksudnya begini ketika ada suatu perusahaan besar maupun kecil me manajemen proyek, yang terpenting adalah waktu yang tepat dalam membuat dan memustuskan prediksi, serta penggunaan sumber daya dan laporan dalam penyampaian produk atas hasil dari proyek yang dijalankan.”

Ciri – Ciri / Karakteristik dari Proyek
  • Ada sasaran / tujuan
  • Memiliki rentang waktu / deadline
  • Waktu biaya dan syarat kerja yang lengkap
  • Berurutan dari A hingga Z terkadang merupakan sesuatu event / kejadian yang sebelumnya belum pernah dilakukan.




Inti sari dari Pengertian Proyek


Skill yang harus di miliki oleh seorang Proyek Manajemen



Skill yang dibutuhkan ada 4 titik, yaitu kepada Owner, User, Lingkungan, dan Team. Maksudnya, Ketika seorang proyek manager berurusan dengan owner (komisaris perusahaan) dapat memberikan informasi berupa biaya/budget dari segi finansial, seta resiko kedepan yang akan dihadapi. Ketika berbicara dengan user, dapat mengajak untuk menggunakan hasil dari proyek, baik meloby dan bujuk rayu. Lalu ketika berbicara dengan team tentunya harus memiliki keahlian tehnik, dapat mengarahkan, dan tentunya manajerial skill harus dimiliki. Terakhir ketika berbicara dengan lingkungan dalam hal ini pemerintah / lingkungan, dapat meminta persetujuan/ izin akan adanya pengadaan proyek tersebut.

MANFAAT MANAJEMEN PROYEK
  • Mengidentifikasi fungsi tanggung jawab
  • Meminimalkan tuntutan pelaporan rutin
  • Mengidentifikasi batas waktu untuk penjadwalan
  • Mengidentifikasi metode analisa peramalan
  • Mengukur prestasi terhadap rencana
  • Mengidentifikasi masalah dini & tindakan perbaikan
  • Meningkatkan kemampuan estimasi untuk rencana yad
  • Mengetahui jika sasaran tidak dapat dicapai/terlampaui

TUNTUTAN MANAJER PROYEK
  • Pengelolaan manusia
  • Tugas yang harus dikerjakan sebagai PM
  • Menggunakan peralatan/fasilitas yang ada
  • Struktur organisasi yang ada
  • Iklim organisasi
  • Iklim pelanggan